Puncak Jaya – Seputar Jagat News. Menjelang penetapan hasil Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilkada Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, aparat gabungan TNI dan Polri menggelar razia besar-besaran terhadap alat perang tradisional milik masyarakat. Razia tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya bentrokan lanjutan antara dua kubu pendukung pasangan calon kepala daerah yang terlibat konflik berkepanjangan.
Kapolres Puncak Jaya, Ajun Komisaris Besar Achmad Fauzan, mengungkapkan bahwa operasi ini dilakukan di sejumlah titik strategis dengan metode patroli berjalan kaki. Petugas bahkan memeriksa honai atau rumah adat masyarakat setempat untuk memastikan tidak ada senjata tajam atau alat perang yang disembunyikan.
“Kegiatan ini bertujuan meminimalisir penggunaan alat perang yang berpotensi dipakai oleh massa pendukung masing-masing pasangan calon untuk aksi saling serang,” ujar Achmad Fauzan dalam keterangan tertulis pada Jumat, 2 Mei 2025.
Puluhan Busur Panah dan Senjata Tradisional Diamankan
Dalam operasi razia tersebut, polisi berhasil menyita berbagai jenis senjata tradisional yang biasa digunakan dalam konflik lokal. Barang-barang yang diamankan antara lain:
- 30 busur panah
- 345 anak panah
- 3 ketapel
- 2 meriam kaleng
- 1 perlengkapan waimum (atribut kepala perang)
Achmad menegaskan, razia akan terus dilakukan hingga menjelang penetapan keputusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya yang dijadwalkan berlangsung pada Senin, 5 Mei 2025.
12 Orang Tewas Akibat Konflik Pilkada
Konflik Pilkada di Puncak Jaya tidak hanya menimbulkan ketegangan politik, tetapi juga telah memakan korban jiwa. Kepala Satgas Operasi Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, mencatat bahwa dalam kurun tiga bulan terakhir, sedikitnya 12 orang tewas akibat bentrokan antarpendukung.
“Dari hasil pendataan, korban meninggal sebanyak 12 orang. Delapan di antaranya berasal dari kubu pasangan calon nomor urut 1,” ungkap Faizal dalam pernyataan tertulisnya pada Sabtu, 5 April 2025.
Bentrok berdarah ini melibatkan dua kubu pendukung pasangan calon, yaitu:
- Paslon 01: Yuni Wonda dan Mus Kagoya
- Paslon 02: Miren Kogoya dan Mendi Wonorengga
Konflik Berulang Sejak Sebelum Hari Pemilihan
Menurut Faizal, aksi kekerasan dan serangan antarkelompok pendukung bukan kali pertama terjadi di wilayah tersebut. Ia menyebut bahwa pola kekerasan ini telah berlangsung bahkan sebelum hari pencoblosan dan menjadi siklus yang berulang setiap momentum Pilkada.
“Ini bukan bentrokan baru. Saling serang antarkubu sudah sering terjadi sejak masa kampanye,” tambahnya.
Pemerintah daerah bersama aparat keamanan kini tengah berupaya menciptakan situasi kondusif menjelang pengumuman resmi dari Mahkamah Konstitusi, sekaligus mengimbau para tokoh masyarakat untuk ikut menenangkan warga agar tidak terprovokasi oleh hasil keputusan yang akan diumumkan. (Red)