Sukabumi – Seputar Jagat News. Dalam rangka memperingati World Kidney Day (Hari Ginjal Sedunia) 2025, Unit Organisasi Bersifat Khusus (UOBK) RSUD R. Syamsudin, S.H. menggelar rangkaian kegiatan edukatif dan promotif yang berlangsung di Ruang Tunggu PPGH serta Gedung Central Diagnostik Lantai 2. Kegiatan bertajuk “Are Your Kidneys OK? Detect Early, Protect Kidney Health” ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mencegah serta menangani penyakit ginjal, khususnya Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dan terapi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
Dengan meningkatnya jumlah pasien ginjal, termasuk pengguna CAPD, UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. memandang penting untuk terus mendorong edukasi dan deteksi dini. Menurut data global, PGK merupakan penyebab kematian keenam tertinggi di dunia dengan angka kematian sekitar 2,4 juta jiwa per tahun. Hipertensi dan Diabetes Mellitus menjadi dua penyebab utama, yang juga memicu berbagai penyakit kronik lainnya.

Kegiatan dimulai dengan senam pagi bersama yang melibatkan lebih dari 100 peserta, terdiri dari pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) dan pendamping, anggota Persadia Kota Sukabumi, serta staf rumah sakit. Senam ini menjadi simbol ajakan untuk menerapkan gaya hidup sehat dalam menjaga fungsi ginjal.
Dilanjutkan dengan Seminar Awam CAPD yang digelar di Klinik KGH dan diikuti oleh 100 peserta, termasuk komunitas pasien ginjal dan keluarga. Seminar ini menghadirkan narasumber utama dr. Katharina Setyawati, Sp.PD-KGH, seorang konsultan ginjal dan hipertensi yang membawakan materi berjudul “Deteksi Dini Penyakit Ginjal”.

Dalam paparannya, dr. Katharina menekankan bahwa terapi CAPD memiliki keunggulan dibandingkan Hemodialisis, terutama bagi pasien yang merencanakan transplantasi ginjal. CAPD bisa dilakukan secara mandiri di rumah atau tempat kerja, sehingga lebih fleksibel dan mempertahankan produktivitas pasien.
Dr. Katharina juga menjelaskan bahwa meskipun CAPD cukup aman, tetap ada kemungkinan komplikasi yang terbagi menjadi dua, yaitu non-infeksi dan infeksi. Komplikasi non-infeksi meliputi kebocoran kateter, sumbatan, hernia, dan hemoperitoneum. Sementara infeksi seringkali disebabkan oleh pelanggaran prosedur, seperti tidak mencuci tangan atau menggunakan peralatan yang tidak steril, yang bisa berujung pada kondisi serius seperti peritonitis.
Beliau menegaskan pentingnya kepatuhan prosedural dalam perawatan CAPD. “Kalau ada selang yang bocor, jangan dipakai. Lebih baik diganti untuk mencegah infeksi yang menyakitkan,” ujarnya.
Selain untuk masyarakat umum dan pasien, kegiatan ini juga mencakup Re-Education yang melibatkan tenaga kesehatan internal dan eksternal rumah sakit. Wakil Direktur Pendidikan dan Pengembangan Mutu, dr. Bihantoro, M.Kes, secara resmi membuka acara. Dalam sambutannya, beliau memaparkan perkembangan layanan CAPD di rumah sakit sejak 2019 yang kini telah melayani 50 pasien secara aktif di tahun 2025.

“Awalnya hanya sebatas peresepan, kini UOBK RSUD R. Syamsudin, S.H. sudah menjadi salah satu rumah sakit dengan pelayanan CAPD terbaik di Jawa Barat,” ujar dr. Bihantoro bangga.
Peringatan Hari Ginjal Sedunia ini juga menjadi momentum mempererat hubungan antara rumah sakit dengan pasien dan komunitas penderita GGT, sekaligus mempromosikan layanan-layanan unggulan yang tersedia di RSUD R. Syamsudin, S.H. Kegiatan ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana pelayanan kesehatan bisa bersinergi dengan edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan masyarakat secara luas. (Red)