Dedi Mulyadi Dorong Hidupkan Lagi Jalur KA Mati di Jabar, Menhub: Butuh Kajian dan Anggaran Besar

Screenshot 2025 05 09 235754
8 / 100

Jakarta – Seputar Jagat News. Upaya ambisius Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api nonaktif di wilayahnya mendapat tanggapan dari Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi. Dalam pernyataannya, Menhub menegaskan bahwa rencana reaktivasi tersebut memerlukan kajian mendalam dan anggaran yang tidak sedikit, mengingat kompleksitas teknis dan sosial yang menyertainya.

Ditemui usai rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Kamis (8/5/2025), Dudy menyampaikan bahwa meskipun pemerintah pusat mendukung penuh inisiatif Pemprov Jawa Barat, reaktivasi jalur KA lama harus melalui serangkaian studi kelayakan.

“Kami melihat perlu kajian lebih mendalam dulu, karena butuh anggaran besar, apalagi sudah banyak pemukiman di jalur nonaktif tersebut,” kata Dudy kepada wartawan.

Meski demikian, Kemenhub menyatakan komitmennya untuk mendukung rencana reaktivasi tersebut.

“Kita dukung keinginan Pemprov Jabar. Nanti kita lihat seberapa jauh jalur-jalur itu bisa diaktifkan kembali,” tambahnya.

11 Jalur Kereta Nonaktif Siap Direaktivasi
Gubernur Dedi Mulyadi sebelumnya mengumumkan rencana untuk mereaktivasi 11 jalur kereta api nonaktif di Jawa Barat. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71 pada Selasa (15/4/2025), Dedi menyebut jalur-jalur tersebut sebagian besar berada di wilayah Jawa Barat bagian selatan.

Beberapa jalur yang akan direaktivasi antara lain:

  • Banjar–Pangandaran–Cijulang (87 km)
  • Bandung–Ciwidey
  • Garut–Cikajang
  • Cipatat–Padalarang
  • Rancaekek–Tanjungsari

Dalam pertemuan bersama Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (Persero), Dedi menegaskan tekadnya untuk menghubungkan kembali kawasan yang selama ini terisolasi, demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Meskipun rencana ini disambut antusias, tantangan teknis dan biaya menjadi perhatian utama. Salah satunya adalah anggaran reaktivasi yang bisa mencapai Rp 20 triliun. Angka ini muncul akibat kompleksitas teknis, sosial, dan lingkungan yang harus dihadapi dalam membuka jalur-jalur lama tersebut.

Sebagai contoh, jalur Cipatat–Padalarang yang merupakan bagian dari segmen Bogor–Sukabumi–Bandung memiliki tingkat kesulitan tinggi. Kontur yang terjal dengan kelandaian hingga 40 per mil, ditambah tikungan tajam dengan radius hanya 150 meter, membuat sarana KA modern tidak bisa melintasinya. Selain itu, kawasan ini juga dikenal rawan longsor, meskipun hanya memiliki panjang 17 km. Alternatif yang kini dipertimbangkan adalah membangun jalur baru atau shortcut yang lebih aman.

Sementara itu, jalur Banjar–Pangandaran–Cijulang menjadi yang terpanjang dalam daftar, dengan panjang mencapai 87 km. Tantangan terbesar di sini bukan pada medan, namun pada kondisi prasarana. Banyak jembatan yang hilang atau rusak parah, bahkan sebagian besar sudah tidak berbentuk karena dijarah.

“Kita lihat dulu hasil studinya. Juga perlu kajian sosial. Setelah itu, baru kita perencanaan dan kaji pendanaannya bagaimana,” kata Dudy.

Reaktivasi jalur kereta api nonaktif dianggap penting oleh Pemprov Jabar sebagai bagian dari strategi pengembangan wilayah selatan, yang selama ini tertinggal dibandingkan kawasan utara yang lebih berkembang.

Dedi meyakini bahwa kebangkitan jalur-jalur KA lama ini akan menjadi motor penggerak baru sektor ekonomi, khususnya pariwisata, logistik, dan konektivitas pedesaan.

Kini, publik menanti hasil studi kelayakan dan keputusan politik dari pemerintah pusat dan daerah, yang akan menentukan apakah mimpi menghidupkan kembali jalur-jalur kereta tua di tanah Pasundan bisa benar-benar terwujud. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *