Tragis! Balita di Sukabumi Meninggal Akibat Cacingan, Anggaran Miliaran Rupiah Dinas Kesehatan Dipertanyakan

1755608570 68a475fa2045a oNbu7D6nhNV1HpZFWy9M medium
8 / 100

Kabupaten Sukabumi – Seputar Jagat News. Sabtu, 23 Agustus 2025. Tragedi memilukan menimpa keluarga kurang mampu di Kampung Padageunyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Seorang balita perempuan berusia 3 tahun bernama Raya meninggal dunia akibat cacingan.

Ironisnya, peristiwa ini terjadi di tengah kucuran anggaran miliaran rupiah yang digelontorkan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi untuk sektor pelayanan kesehatan. Orang tua almarhum, Udin (32), seorang penderita Tuberkulosis (TBC), dan Endah (38), seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), hidup dalam keterbatasan dan diduga tidak pernah mendapatkan layanan kesehatan secara maksimal.

Berdasarkan laporan keuangan, Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran besar untuk berbagai program. Untuk pengelolaan pelayanan kesehatan ODGJ berat, tercatat Rp 372,24 juta pada TA 2023 dan Rp 150 juta pada TA 2024. Namun, hingga kini belum jelas apakah Endah pernah dirujuk ke RS Jiwa Marzoeki Mahdi, Bogor, sebagai fasilitas rujukan resmi.

Sementara itu, penanganan TBC mendapat alokasi Rp 964,73 juta pada 2023 dan melonjak drastis menjadi Rp 6,62 miliar pada 2024. Anggaran itu termasuk untuk pengadaan alat cartridge PCM yang tersedia di RS Sekarwangi, Puskesmas Kalapanunggal, dan Puskesmas Sukaraja. Meski demikian, belum ada kepastian apakah Udin pernah mendapatkan rujukan dari Puskesmas Kabandungan ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk pengobatan TBC Resisten Obat (MDR-TB).

Tak kalah mencengangkan, untuk program kesehatan gizi masyarakat, Dinas Kesehatan menganggarkan Rp 55,44 miliar pada 2023 dan Rp 11,04 miliar pada 2024. Angka fantastis ini menimbulkan pertanyaan besar mengapa seorang balita masih bisa meninggal akibat cacingan—penyakit sederhana yang seharusnya bisa dicegah dan diobati dengan layanan dasar.

Seorang ASN yang enggan disebutkan namanya menilai adanya potensi tumpang tindih dalam pengelolaan anggaran kesehatan. Menurutnya, dana tidak hanya tersedia di Dinas Kesehatan, tetapi juga mengalir ke Puskesmas melalui Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

“Artinya ada tumpang tindih anggaran. Pertanyaannya, apakah digunakan dengan semestinya? Hanya Kabid Upaya dan Pembiayaan Kesehatan yang tahu,” ujar ASN tersebut kepada Seputarjagat News.

Ketua Umum Paguyuban Maung Sagara sekaligus aktivis anti-korupsi, Sambodo Ngesti Waspodo, menegaskan pentingnya langkah hukum terkait kasus ini.

“Inspektorat Kabupaten Sukabumi bersama aparat penegak hukum, baik kepolisian maupun kejaksaan, harus menyelidiki penggunaan anggaran ini. Jangan sampai tragedi ini hanya jadi berita tanpa tindak lanjut,” tegas Sambodo.

Kematian Raya bukan sekadar duka keluarga miskin di pelosok desa, tetapi juga gambaran kelam pengelolaan anggaran publik di sektor kesehatan. Meski miliaran rupiah dikucurkan setiap tahun, seorang balita tetap kehilangan nyawanya karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

Hingga berita ini diterbitkan, Kabid Upaya dan Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Cucu Sumintardi (CS), belum dapat dihubungi untuk memberikan keterangan resmi.

(HSN/DS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *