Tegaskan Pentingnya Sertifikasi Wartawan, Ketua PWI Batam Dikeroyok di Acara Klarifikasi Pers

Screenshot 2025 06 15 213652
8 / 100

Batam – Seputar Jagat News, Minggu 15 Juni 2025. Sebuah acara bertajuk Klarifikasi Pers yang digelar oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai wartawan, berakhir ricuh dan memalukan. Insiden tersebut bahkan menyebabkan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam, M. Khafi Ashary, dikeroyok hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Peristiwa tak terduga itu terjadi di tengah forum diskusi yang digelar di Ballroom Lavender, Swiss-Belhotel Harbour Bay, Batam. Acara yang awalnya dimaksudkan sebagai ajang tukar pikiran mengenai maraknya praktik jurnalisme liar dengan tema “Wartawan Bukan Preman”, justru berubah menjadi ajang kekerasan setelah pernyataan tegas dari Ketua PWI memicu ketegangan.

Dalam forum tersebut, Khafi Ashary dengan tegas menyampaikan pentingnya sertifikasi wartawan sebagai bentuk legalitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas jurnalistik, sesuai ketentuan dari Dewan Pers.

“Tanpa sertifikasi yang jelas, aktivitas jurnalistik bisa saja disalahartikan sebagai premanisme berkedok wartawan,” tegas Khafi dalam forum yang dihadiri berbagai kalangan jurnalis dan pegiat media.

Pernyataan tersebut ternyata memicu kemarahan beberapa peserta yang merasa tersinggung, diduga karena tidak mengantongi sertifikasi resmi sebagaimana dimaksud.

Ketegangan meningkat hingga tak bisa diredam, dan insiden kekerasan pun tak terhindarkan. Khafi dikeroyok oleh sejumlah orang yang hadir dalam acara tersebut, sebelum akhirnya berhasil diamankan dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

Peristiwa pengeroyokan terhadap Ketua PWI Batam ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk kalangan media dan pegiat kebebasan pers. Banyak yang menilai bahwa tindakan kekerasan ini adalah bentuk pembungkaman terhadap upaya penegakan standar etik dan profesionalisme wartawan.

Insiden ini juga kembali menyoroti maraknya keberadaan oknum-oknum yang mengatasnamakan wartawan namun tidak mengikuti ketentuan yang berlaku, termasuk dalam hal verifikasi dan sertifikasi resmi.

Insiden yang menimpa Khafi Ashary menjadi peringatan penting bagi dunia pers, bahwa upaya menegakkan standar dan profesionalisme dalam jurnalistik tidak selamanya disambut dengan lapang dada. Namun, peristiwa ini justru memperkuat urgensi pentingnya pendidikan jurnalistik yang terstruktur, serta pengawasan ketat terhadap praktik-praktik jurnalisme yang menyimpang.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait identitas para pelaku pengeroyokan maupun tindakan hukum yang akan diambil.

Peristiwa ini membuka kembali diskursus publik mengenai perlunya penataan ekosistem pers di Indonesia, agar masyarakat dapat membedakan antara wartawan profesional dan oknum yang menyalahgunakan profesi demi kepentingan pribadi. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *