Ketua MA Sunarto ‘Sentil’ Hakim Baru: Jangan Pamer Jabatan, Hindari Diskotek, dan Jaga Integritas

Screenshot 2025 06 15 091539
8 / 100

Jakarta — Seputar Jagat News, Minggu, 15 Juni 2025. Ketua Mahkamah Agung (MA), Sunarto, memberikan serangkaian pesan tegas dan menyentil kepada para hakim baru dalam acara pembinaan yang digelar di sebuah hotel di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan tersebut, Sunarto menyoroti berbagai hal mulai dari praktik pamer jabatan, gaya hidup mewah, kebiasaan “sowan” demi jabatan, hingga sikap dan penampilan hakim di ruang publik.

  1. “Jangan Ketuk Pintu Pimpinan, Ketuklah Pintu Langit”
    Dalam pembinaannya, Sunarto mengingatkan agar para hakim tidak menjadikan hubungan personal dengan atasan sebagai jalan pintas menuju promosi jabatan. Ia menyebutkan bahwa masih sering terjadi praktik “sowan” atau mendekati pimpinan dengan membawa oleh-oleh demi mendapatkan kenaikan jabatan.

“Jangan ketuk pintu pimpinan, tapi ketuklah pintu langit. Gampang kalau ingin jadi pejabat sekarang,” ujarnya menekankan pentingnya mengandalkan prestasi, bukan lobi-lobi.

Sunarto menegaskan, seorang hakim yang menunjukkan kinerja baik dan integritas akan mendapatkan tempat yang layak tanpa perlu mencari-cari perhatian atasan.

“Kalau Tuhan menghendaki jadi Ketua Mahkamah Agung, jadi,” tegasnya.

Ia mengajak para hakim untuk terus mengasah intelektualitas, meningkatkan kemampuan, dan menjaga integritas.

  1. Jangan Pamer Jabatan: “Stiker Hakim di Mobil? Tidak Perlu!”
    Sunarto secara khusus menyinggung kebiasaan sebagian oknum hakim yang memamerkan jabatan lewat simbol-simbol di kendaraan maupun pakaian. Ia memperingatkan agar para hakim tidak menempelkan stiker “hakim” di mobil atau menggantung identitas hakim di kaca spion hanya demi mendapat perlakuan khusus, termasuk menghindari tilang polisi.

“Ke mana-mana baju tulisan hakim, ke pasar, ke toko, main tenis tulisan hakim lagi. Ini jabatan yang tersembunyi, jangan ditonjol-tonjolkan,” katanya.

Ia mengingatkan, jabatan hakim seharusnya menjadi simbol kepercayaan dan dijaga secara bermartabat, bukan dipakai untuk keuntungan pribadi di ruang publik.

  1. Tegas Tolak Gaya Hidup Mewah dan Godaan Suap
    Sunarto mengangkat isu krusial yang kerap membayangi profesi hakim: integritas dalam menghadapi godaan uang. Ia menggambarkan realita yang kerap terjadi, seperti iming-iming uang suap yang jumlahnya menggiurkan.

“Pak, ini ada Rp 50 juta, gaji saya sebulan. Ditawari Rp 1 miliar, itu dua tahun setengah gaji saya,” katanya memberi ilustrasi betapa mudahnya godaan masuk lewat celah kebutuhan pribadi atau tekanan keluarga.

Ia mengingatkan bahwa godaan tidak hanya datang dari luar, tapi juga dari dalam diri sendiri, bahkan dari orang-orang terdekat seperti pasangan dan anak.

  1. Pesan Keras: Jangan ke Diskotek, Jaga Marwah Hakim
    Sunarto juga memperingatkan para hakim untuk menjaga sikap dan perilaku, termasuk dalam memilih tempat hiburan. Ia secara gamblang menyebut bahwa hakim sebaiknya tidak terlihat di tempat-tempat seperti karaoke atau diskotek.

“Kalau saudara bebas mau ke karaoke, mau ke diskotek silakan. Tapi usia jabatan saudara insyaallah tidak akan panjang,” ujarnya tajam.

Sebagai “wakil Tuhan” dalam menegakkan keadilan, Sunarto mengingatkan bahwa setiap tindakan, baik di dalam maupun luar pengadilan, mencerminkan marwah profesi seorang hakim.

  1. Tampil Pantas Tanpa Harus Mewah
    Terakhir, Ketua MA menyoroti pentingnya menjaga penampilan di ruang publik. Ia menegaskan bahwa seorang hakim harus tampil layak, bukan sembarangan, meskipun tidak harus mewah atau mahal.

“Jangan pakai daster ke pasar, pakai motor. Yang laki-laki pakai celana pendek, kaus oblong, belum mandi, makan di warung kopi. Ini tidak pantas,” katanya.

Menurutnya, berpenampilan pantas adalah bentuk penghormatan terhadap jabatan yang disandang, bukan sekadar soal gaya.

Dalam keseluruhan pesannya, Sunarto berusaha mengembalikan martabat dan kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan melalui sikap, perilaku, dan integritas para hakim. Pesan-pesan tersebut menjadi peringatan keras sekaligus kompas moral bagi generasi hakim baru yang tengah memasuki dunia peradilan yang sarat godaan namun menjunjung tinggi nilai keadilan. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *