Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Guncang Bank BJB: Restrukturisasi Direksi, Kurangi Pegawai, Tutup Cabang Tak Produktif

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi 820016517
4 / 100

Bandung – Seputar Jagat News. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melontarkan gebrakan besar terhadap manajemen Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) dalam sambutannya pada acara Halalbihalal di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Senin (tanggal menyesuaikan). Dalam pidatonya yang penuh semangat, Dedi membeberkan langkah-langkah strategis yang telah ia instruksikan demi membenahi kinerja bank milik daerah tersebut.

Dedi tidak ragu menegaskan bahwa dirinya ingin Bank BJB menjadi bank terbaik di Indonesia. Ia bahkan menyebut empat langkah konkret yang harus segera dilaksanakan manajemen Bank BJB guna mencapai target besar tersebut.

“Saya ingin Bank Jabar sahamnya ke 1300. Tapi untuk mencapainya, ada empat hal yang harus dilakukan,” tegas Dedi di hadapan ratusan aparatur sipil negara (ASN) yang hadir dan menyambut pernyataannya dengan riuh tepuk tangan.

Langkah pertama yang ia instruksikan adalah restrukturisasi manajemen, terutama di jajaran direksi. Dedi menegaskan bahwa jajaran direksi dan wakil direktur Bank BJB harus diisi oleh orang-orang profesional, bersih dari kepentingan, dan memiliki rekam jejak yang jelas di dunia perbankan.

“Komisaris dan direksi harus diisi oleh orang-orang ternama, bersih, dan profesional. Ini penting demi meningkatkan kepercayaan publik dan nilai saham Bank BJB,” ujarnya.

Tak hanya soal manajemen, Dedi juga menyoroti efisiensi operasional. Ia memerintahkan agar kantor-kantor cabang yang dinilai tidak produktif segera ditutup.

Langkah kedua yang disampaikan Dedi adalah pengurangan jumlah pegawai. Menurutnya, beban pegawai yang terlalu besar bisa menghambat efektivitas pengelolaan keuangan dan berdampak pada efisiensi perusahaan.

“Jumlah pegawai jangan terlalu banyak, karena uang yang dikelola harus berdampak. Kita tidak bisa terus membiayai sistem yang tidak efisien,” tegasnya.

Ia bahkan mematok target ambisius dalam efisiensi anggaran. Dedi menyebut bahwa biaya operasional Bank BJB yang saat ini mencapai Rp95 miliar harus ditekan hingga hanya Rp45 miliar.

“Saya ingin biaya operasional turun dari 95 miliar ke 45 miliar. 90 persen itu terlalu besar, harus dipangkas setengahnya,” katanya serius.

Langkah ketiga dan keempat yang tidak kalah penting adalah soal penanganan kredit macet dan fiktif. Dedi meminta dengan tegas agar segala bentuk kredit bermasalah yang tidak memiliki dampak nyata terhadap perekonomian harus dihentikan segera.

“Bank BJB harus menyetop berbagai bentuk kredit yang berdampak fiktif dan menimbulkan kemacetan. Ini penting agar tidak membebani bank dalam jangka panjang,” tandasnya.

Dalam pidatonya, Dedi juga menegaskan bahwa langkah-langkah ini bukan berdasarkan kepentingan pribadi atau intervensi politik, melainkan murni komitmennya sebagai kepala daerah yang ingin profesional.

“Tanya ke Pak Sekda, saya tidak pernah ikut campur. Saya profesional, saya ingin perbaiki, bukan karena kepentingan apapun,” ucapnya mantap.

Ia menutup pidatonya dengan harapan besar agar Bank BJB bisa menjadi bank daerah paling unggul di Tanah Air.

“Kita harus ubah, kita harus perbaiki. Bank Jabar harus menjadi bank terbaik di Indonesia,” tutup Dedi.

Langkah-langkah berani Gubernur Dedi ini pun menuai perhatian dan harapan besar, tidak hanya dari kalangan ASN, tetapi juga para pengamat ekonomi dan masyarakat luas yang menantikan transformasi nyata dari Bank BJB ke arah yang lebih sehat dan profesional. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *