Sukabumi — Seputar Jagat News. Suasana malam di Lapang Patuguran, belakang Markas Angkatan Laut, Kelurahan Palabuhanratu, Sabtu (2/8/2025), mendadak bergemuruh oleh suara lantang Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dalam kunjungan bertajuk “Abdi Nagri Nganjang ka Warga”, mantan Bupati Purwakarta yang akrab disapa DEMUL ini menyampaikan orasi penuh semangat yang menggugah kesadaran masyarakat soal krisis lingkungan dan kerusakan tata ruang di Jawa Barat, khususnya Sukabumi.
Dalam pidatonya yang penuh semangat dan sesekali diselipi bahasa Sunda, DEMUL melontarkan kritik tajam terhadap pola pembangunan yang merusak alam atas nama kemajuan.
“Kalau mau tidak ada bencana, kembalikan tata ruang ke asalnya! Gunung kembalikan ke gunung, laut ke laut, sawah ke sawah! Tutup tambang-tambang itu!” seru Dedi disambut riuh tepuk tangan warga.
Ia menyoroti maraknya aktivitas tambang dan alih fungsi lahan yang dianggap menjadi biang kerok berbagai bencana ekologis seperti banjir, longsor, dan kekeringan. DEMUL bahkan menyebut Jawa Barat kini menjadi “tempat karuksakan” (kerusakan) dan “tempat kaancuran” (kehancuran) akibat kebijakan yang mementingkan kepentingan luar dan mengorbankan rakyat lokal.
“Jawa Barat jadi tempat karuksakan, jadi tempat kaancuran, ngorbankeun dirina demi kauntungan batur. Bodoh! Katotoloyo! Mun pamingpin miken rakyat jeung lemburna jadi sampah, jadi runtah batur,” tegasnya penuh emosi.
Baru enam bulan menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi menegaskan komitmennya untuk tidak membiarkan kekayaan alam provinsinya dijarah untuk memperkaya daerah lain, sementara warga lokal hanya mewarisi kerusakan.
“Mun aing, moal miken kakayaan urang diangkut ka nagara lain, batur nu beunghar, tanah urang nu ruksak! Moal di biken, ku aing!” serunya, yang kembali disambut sorakan antusias warga.
Lebih dari sekadar kunjungan seremonial, kehadiran DEMUL malam itu menjadi momentum penting untuk mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat tentang pentingnya penataan ruang yang berpihak pada kelestarian lingkungan. Ia mengajak seluruh elemen untuk tidak lagi menjadikan Jawa Barat sebagai tempat “buangan” kebijakan yang gagal dari daerah lain.
Orasi DEMUL malam itu tak hanya menyuarakan keresahan, tapi juga membakar semangat warga Sukabumi untuk lebih kritis dan peduli terhadap kebijakan yang mempengaruhi ruang hidup mereka. (MP)