Dedi Mulyadi Ungkap Masalah Gizi Warga Miskin di Jawa Barat: “Semiskin-miskinnya Orang Jabar, Jajannya Tetap Rp10 Ribu”

Screenshot 2025 06 12 074231
9 / 100

Bandung – Seputar Jagat News. Dalam sebuah forum bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap realita mengejutkan mengenai kebiasaan konsumsi masyarakat menengah ke bawah di wilayahnya. Menurut Dedi, meskipun berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, masyarakat Jawa Barat tetap memiliki kebiasaan konsumtif yang mengancam kesehatan, terutama dalam pola jajan harian.

“Semiskin-miskinnya orang Jawa Barat, jajannya Rp10 ribu. Semiskin-miskinnya orang Jawa Barat, merokok, rokoknya sebungkus,” ucap Dedi di hadapan Menteri Kesehatan.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam rangka menjelaskan urgensinya membentuk “Tatanan Jawa Barat Sehat”, sebuah visi untuk mendorong masyarakat agar lebih sadar akan kesehatan dan gizi, terutama dalam lingkup keluarga dan anak-anak.

Dedi menegaskan bahwa kesimpulan tersebut bukan berdasarkan asumsi semata, melainkan hasil dari pengamatan dan riset yang ia lakukan langsung selama bertahun-tahun berinteraksi dengan masyarakat akar rumput.

“Karena setiap hari saya bergaul dengan mereka,” ujarnya.

Namun, kebiasaan jajan tersebut menurut Dedi bukan berdampak pada peningkatan kualitas asupan gizi seperti protein, melainkan justru berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit.

“Yang jadi problem, jajannya itu bukan berubah jadi peningkatan kaya protein, tapi berubah jadi penyakit,” tegasnya.

Dedi mengkritisi banyaknya jajanan anak-anak yang tersebar di lingkungan masyarakat namun tidak memiliki sertifikasi dari Kementerian Kesehatan. Ia mencontohkan beberapa jenis jajanan populer seperti cilok dan basreng yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak.

“Tukang cilok ini, sertifikasi kesehatannya benar enggak? Tukang basreng dan sejenisnya,” katanya.

Menurutnya, masalah utama dari jajanan tersebut bukan semata-mata pada bahan makanannya, tetapi pada proses pengolahan yang tidak sehat. Dedi menyoroti penggunaan minyak jelantah yang tidak diganti hingga berhari-hari, yang kemudian dikonsumsi oleh anak-anak hampir setiap hari.

“Saya lihat itu kan minyak jelantahnya, tiga hari enggak ganti. Itu dikonsumsi oleh anak-anak kita,” pungkasnya prihatin.

Dalam kesempatan tersebut, Dedi juga mengenang masa kepemimpinannya saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Ia mengaku pernah membuat kebijakan kontroversial demi menjaga kesehatan anak-anak, yaitu mewajibkan setiap siswa membawa bekal makanan dari rumah.

Meski sempat dibenci banyak pihak karena kebijakan tersebut dianggap menyulitkan, Dedi yakin langkah itu penting untuk meningkatkan gizi anak-anak sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap jajanan sembarangan di lingkungan sekolah.

“Anak-anak jadi berhenti jajan dan asupan gizinya juga cukup,” terang Dedi.

Pernyataan Dedi Mulyadi ini menggambarkan arah kebijakan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam membenahi pola konsumsi masyarakat, terutama kalangan miskin. Visi “Tatanan Jawa Barat Sehat” yang ia gaungkan bukan hanya berbicara soal layanan kesehatan formal, tetapi juga menyentuh aspek keseharian yang bersinggungan langsung dengan budaya konsumsi, ekonomi rumah tangga, dan edukasi gizi.

Dengan menyoroti persoalan ini secara langsung di hadapan Menteri Kesehatan, Dedi berharap akan ada intervensi nyata dari pemerintah pusat, khususnya dalam regulasi dan pengawasan terhadap keamanan makanan jajanan anak-anak serta perbaikan pola konsumsi masyarakat di wilayah 3T dan perkotaan.

“Kalau ini tidak ditata, maka generasi kita ke depan bukan hanya miskin secara ekonomi, tapi juga miskin gizi dan kesehatan,” tutupnya dengan penuh keprihatinan. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *