Belum Genap Empat Bulan Menjabat, Dirut Bulog Mayjen Novi Diterpa Isu Beras Impor Berkutu Bernilai Triliunan

mayjen novi helmy 4f2faecf3a
3 / 100

Jakarta – Seputar Jagat News. Polemik beras impor berkutu kembali mengemuka dan menyeret nama Direktur Utama Perum Bulog, Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya, yang baru menjabat kurang dari empat bulan. Temuan beras impor berkutu di gudang Bulog Yogyakarta kini menimbulkan sorotan tajam, terutama terkait nilai anggaran triliunan rupiah yang dikhawatirkan terbuang sia-sia.

Sorotan tajam datang dari Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Anam, yang mempertanyakan temuan tersebut. Ia menyebut bahwa jumlah beras impor sebanyak 300.000 ton yang kini memenuhi gudang-gudang Bulog di berbagai daerah berpotensi menjadi kerugian besar negara bila tak segera ditangani.

“Kalau saya hitung-hitung 300.000 dikalikan 1.000 x Rp12.000, itu duitnya banyak sekali. Sekitar Rp3,6 triliun duit negara yang dibuang sia-sia,” tegas Mufti dalam rapat kerja bersama Bulog di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Mufti juga menyoroti keterbatasan kapasitas gudang milik Perum Bulog yang saat ini dianggap tak lagi memadai, sehingga mendorong kerja sama pemanfaatan gudang milik instansi lain. Ia mempertanyakan standar penyimpanan yang digunakan oleh Bulog dan meminta agar ke depan tidak ada lagi kejadian serupa yang berujung pada kerugian negara.

“Saya yakin ini bukan baru terjadi di era Dirut sekarang, tapi harapan kami ke depan ini bisa dimitigasi agar tidak terjadi lagi pemborosan yang sia-sia seperti ini,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Dirut Perum Bulog, Novi Helmy Prasetya, menyatakan bahwa beras impor 300.000 ton yang disebutkan saat ini masih dalam kondisi baik. Ia menegaskan bahwa proses pemeliharaan beras dilakukan secara berkala dan telah dilakukan sesuai standar operasional.

“Beras 300 ribu ton kemarin itu usianya memang antara simpan 6 bulan, cuma masih dalam kondisi baik. Kita melaksanakan pemeliharaan itu secara berkala dan sudah dilaksanakan kemarin,” terang Novi.

Terkait standar gudang, Novi menjelaskan bahwa Bulog membutuhkan fasilitas penyimpanan yang kokoh dan mudah diakses agar beras tetap terjaga kualitasnya selama penyimpanan.

“Standar gudang ini bangunan tentunya yang kokoh untuk penyimpanan. Kemudian mudah akses dan jalan keluar,” tambahnya.

Sebagai informasi, Mayjen Novi baru diangkat sebagai Direktur Utama Perum Bulog pada 13 Februari 2025 oleh Menteri BUMN. Namun langkah awalnya di institusi pengelola pangan nasional ini tak mulus. Sejak awal, penunjukannya menuai kritik dari kalangan ekonomi dan analis, mengingat Novi masih berstatus sebagai perwira tinggi aktif di TNI Angkatan Darat.

Belum reda kritik itu, kini ia harus berhadapan dengan isu sensitif soal beras impor berkutu—yang ditemukan di gudang Bulog Yogyakarta dan menimbulkan keresahan publik serta DPR.

Persoalan ini dinilai bukan hanya sekadar kesalahan teknis dalam penyimpanan logistik pangan, namun menyentuh aspek pengelolaan anggaran negara, transparansi, dan integritas dalam mengelola program ketahanan pangan nasional.

Dengan nilai beras impor yang ditaksir mencapai Rp3,6 triliun, perhatian publik dan parlemen kini tertuju pada bagaimana Bulog di bawah kepemimpinan Novi akan menuntaskan masalah ini dan memastikan tidak terjadi pemborosan anggaran atau penurunan kualitas stok beras di tengah kebutuhan pangan nasional yang tinggi. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *